Senin, 31 Oktober 2011

Istri yang Berbahagia




 Perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang diambil dari sisi Adam, bukan dibuat dari kepalanya untuk memerintah dia, bukan dari kakinya untuk diinjak-injak olehnya, namun dari sisinya untuk menjadi sederajat dengan dia, di bagian bawah dari tangannya untuk dilindungi, dekat ke hatinya untuk dikasihi. 


Ternyata definisi "Berbahagia" bagi seorang istri adalah saat ia dapat menempatkan dirinya sesuai dengan ketetapan Firman Tuhan, dan membawa seluruh keluarga masuk kedalam kekekalan bersama dengan Kristus.


Haruskah isteri  tunduk pada suaminya?


Tunduk adalah respon alamiah kepada kepemimpinan dalam kasih.
Ini adalah topik yang sangat penting dalam pernikahan dan juga dalam hidup sehari-hari. Allah mendesain soal tunduk ini di dalam Kejadian. Pada mulanya, karena tidak ada dosa, manusia tidak perlu tunduk kepada siapapun selain kepada kuasa Tuhan. Ketika Adam dan Hawa tidak menaati Allah, dosa masuk ke dalam dunia dan karena itu dibutuhkan otoritas. Karena itu Allah menetapkan otoritas yang dibutuhkan untuk menegakkan hukum negara dan juga untuk melindungi kita. 

Pertama-tama, kita perlu tunduk kepada Allah yang adalah merupakan satu-satunya cara untuk menaati Dia secara penuh (Yakobus 1:21 dan Yakobus 4:7). 
Dalam 1 Korintus 11:2-3 kita mendapatkan bahwa suami harus tunduk kepada Kristus sebagaimana Kristus tunduk kepada Allah. Ayat ini selanjutnya mengatakan bahwa isteri patut mengikuti teladan ini dan tunduk kepada suaminya. Ayat-ayat lain mengenai Kristus tunduk kepada Allah dapat ditemukan dalam Matius 26:39 dan Yohanes 5:30.
Ketika seorang suami mengasihi isterinya sebagaimana Kristus mengasihi gereja (Efesus 5:25-33) maka tunduk adalah respon alamiah dari isteri kepada suaminya.  


Kata bahasa Yuanni yang diterjemahkan tunduk (hupotasso) adalah kata kerja yang berbentuk terus menerus. Ini berarti bahwa tunduk kepada Allah, pemimpin kita, dan suami kita, bukanlah tindakan yang dilakukan satu kali.  
Tunduk adalah sikap yang terus menerus ada dalam pikiran kita dan menjadi pola tingkah laku kita.  
Tunduk yang dibicarakan dalam Efesus 5 bukanlah berbicara mengenai sikap tunduk sepihak dari orang percaya kepada orang yang egois dan mau menguasai. Sikap tunduk dalam Alkitab didesain sebagai sikap di antara dua orang percaya yang dipenuhi Roh dan saling tunduk satu dengan yang lain dan kepada Allah. 

Tunduk adalah jalan dua arah. Tunduk adalah posisi kehormatan dan kesempurnaan. Ketika isteri dikasihi sebagaimana Kristus mengasihi jemaatnya, tunduk tidaklah sulit. 

Efesus 5:24 mengatakan, “Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu” (Efesus 5:24). Ayat ini mengatakan bahwa isteri harus tunduk kepada suaminya dalam segala sesuatu yang benar dan menurut hukum. Karena itu isteri tidak wajib melanggar hukum atau mengabaikan hubungannya dengan Allah.
 

Kata “tunduk” dalam Efesus 5:21 adalah kata yang sama dalam 5:22. Orang-orang percaya harus tunduk satu dengan yang lainnya karena menghormati Kristus. 
Ayat 19-21 berbicara mengenai hasil-hasil kepenuhan Roh Kudus (5:18). Orang-orang percaya yang penuh dengan Roh Kudus selalu menyembah (5:19), bersyukur (5:20), dan tunduk (5:21). Paulus kemudian melanjutkan jalan pikirannya tentang hidup yang dipenuhi dengan Roh Kudus dan menerapkannya kepada suami dan isteri dalam ayat 22-23.

"Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat."
                                                                 ( Efesus 5:22-23 )
Hal ini bukan berbicara tentang penundukan diri dalam konsep dunia, seperti dengan selalu berpamitan dengan mencium tangan suami sudah menandakan sebagai seorang istri yang tunduk, sebab bila itu semua dilakukan dengan pemberontakan dalam hati atau sekedar ritual supaya terlihat rohani,maka percuma saja. 
Untung suami saya tidak suka dengan ritual semacam itu sekalipun ia dari suku jawa yang terkenal dengan tata kramanya, bagi dia itu bukan bentuk penundukan diri,tapi sebuah penindasan gender dan hanya untuk show off siapa yang lebih berkuasa.

Di sini Tuhan memberikan pedoman hidup bersama menurut cara Allah. 
Jika kita menaatinya, kita akan menikmati relasi yang rukun, 
sebaliknya, bila kita melanggarnya, kita akan mencicipi relasi yang penuh konflik.

Pertanyaan yang sering muncul adalah:
  1. Mengapakah Tuhan secara spesifik menetapkan suami sebagai kepala sehingga istri harus tunduk kepadanya?
  2. Apakah artinya "tunduk" di sini? Sejauh manakah kita akan tunduk kepada suami?

Kepemimpinan Suami
  1. Keluarga adalah sebuah unit organisasi dan semua organisasi harus memiliki pimpinannya. Tanpa kepemimpinan, organisasi akan mengalami kekacauan.
  2. Penunjukan pria sebagai pemimpin berkaitan erat dengan konsep Kristus sebagai kepala jemaat. Kristus, yang adalah Allah, mengambil identitas pria sebagai jasad ragawinya dan tidaklah masuk akal jika Tuhan menetapkan istri sebagai kepala rumah tangga dan menyamakannya dengan Kristus, kepala jemaat. Dalam hal ini, jauh lebih konsisten bila suami yang diidentikkan dengan Kristus.
  3. Kepemimpinan menuntut adanya kuasa dan kuasa seorang suami Kristen adalah kuasa yang lahir dari pengorbanan, bukan pemaksaan.


Ketundukan Istri
  1. Tunduk adalah syarat keanggotaan dalam suatu organisasi atau ikatan. Tanpa ketundukan, mustahil tercipta kerukunan.
  2. Tunduk adalah pedoman yang Tuhan berikan kepada istri agar dapat melanggengkan hidup bersama, bukan perintah yang Tuhan sampaikan kepada wanita karena seolah-olah ini adalah masalah atau kelemahan wanita. Tanpa kecuali, kita semua sulit untuk tunduk.
  3. Tunduk dibatasi oleh Tuhan sendiri, dalam pengertian, istri tidak boleh melanggar kehendak Tuhan gara-gara ingin tunduk kepada suami. Namun, berhati-hatilah untuk melabelkan segala sesuatunya, "kehendak Tuhan." Bahkan kepada suami yang "tidak taat kepada Firman," Tuhan memerintahkan istri untuk "tunduk" (1 Petrus 3:1).
  4. Tunduk tidak berarti tidak berpendapat atau kehilangan keunikan diri; ingat, pernikahan adalah sebuah penyatuan bukan akuisisi. Dengan kata lain, sebagai penolong, istri boleh dan seharusnyalah menyumbangkan saran dan pendapat namun setelah itu, ia menyerahkan keputusan akhir kepada suami.
  5. Tunduk bukan saja pada keputusan yang tepat tetapi juga pada keputusan yang keliru. Di sinilah ketundukan mendapatkan ujiannya dan di sinilah iman berperan-bahwa masih ada Tuhan yang memelihara kehidupan kita kendati suami telah mengambil keputusan yang keliru. 


    Keluarga Impian:

    "Suami mengasihi Allah....Istri tunduk pada Allah" 

    * Tugas istri kepada suami ( EFESUS 5 : 22 - 24 ) 

    5:22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 

    5:23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.

    5:24 Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.

     Bohong apabila seorang istri tunduk kepada Allah, apabila dia tidak bisa tunduk kepada suaminya.
     
    *Tugas suami kepada istri ( Efesus 5 : 25 , 28-29 )
    5:25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya

    5:28 Demikian juga
    suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.


    5:29 Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
     

    Bohong apabila seorang suami mengasihi Allah, apabila dia tidak bisa mengasihi istrinya.

    Karena itu ditegaskan di dalam Efesus 5 : 33 
    5:33 Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.
    1. Anda seorang suami yang mengaku bahwa anda mengasihi Allah?
    atau...
    2. Anda seorang istri yang mengaku bahwa anda tunduk kepada Allah dan menghormati Allah?
    Silahkan anda jawab sendiri...



     

    Isteri yang tunduk...


    Berbahagialah seorang suami yang di kehidupannya mendapat seorang isteri yang tunduk kepadanya dalam segala sesuatu. Ia tunduk kepada suami seperti ia sendiri tunduk kepada Tuhan. Bisakah seseorang itu berpura-pura tunduk kepada Tuhan tanpa diketahui Tuhan?
    Kata tunduk dalam Injil berteks Yunani adalah hupotasso. Dijelaskan, dalam terminologi militer Yunani, kata hupotasso tsb bermakna "mengatur (divisi pasukan) dalam cara militer di bawah komando seorang pemimpin."
    Nah, tentu saja sebuah rumah tangga bukanlah tentang militerisme, oleh karena itu, lebih lanjut dijelaskan, bahwa dalam terminologi non-militer, kata hupotasso bermakna "sebuah sikap sukarela (dari isteri) dalam hal penyerahan diri, bekerja sama, bertanggung jawab, dan turut memikul beban."

    Apa jadinya jika seorang isteri menolak untuk tunduk kepada suaminya? 
    Ia menolak untuk menyerahkan dirinya kepada suami? 
    Menolak bekerja sama dengan suami? 
    Menolak tanggung jawab sebagai isteri? 
    Menolak untuk turut memikul beban keluarga/rumah tangga? 
    Masihkah bisa dikatakan bahwa suami tsb mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan Tuhan?
    Adakah sesuatu yang baik dari isteri yang tidak tunduk kepada suaminya?
    Adakah sesuatu yang baik dari isteri yang menolak menyerahkan dirinya kepada suami?
    Adakah sesuatu yang baik dari isteri yang menolak tanggung jawabnya?
    Adakah sesuatu yang baik dari isteri yang menolak memikul beban keluarga/rumah tangga?
    "...dan ia DIKENAN Tuhan."  (Apa artinya ini..???)

    Hai istri- istri dengarlah......!!!

    Istri- istri selalu membenarkan dirinya dan mencari- cari alasan untuk tidak mau tunduk kepada suaminya sebagai kepala rumah tangga yang sudah menjadi ketetapan Tuhan. Contohnya seperti istri saudara dari temannya tetangga saya(he.he.he)sering bertanya, sampai taraf yang bagaimana seorang istri boleh melawan suaminya? 
    Kalau suamiku selingkuh dan sudah berani membawa selingkuhannya ke rumah,apakah seorang istri harus tetap setia dan tetap tunduk lagi kepada suaminya?
    Dan bagaimana pula kalau sebaliknya? Apakah seorang suami harus tetap mengasihi istrinya seperti mengasihi dirinya sendiri, ketika istrinya ketahuan berzinah?
    Apa yang mesti kita lakukan? Tentu bercerai adalah keputusan yang paling gampang. Tapi, manakah yang terbaik yang lebih berkenan kepada Tuhan?       
    Apakah Alkitab memberikan jalan keluarnya?




     Permasalahan dalam Hubungan Suami Istri

    1. Bila terjadi konflik / pertengkaran
    Isteri meninggalkan rumah tidak akan menyelesaikan masalah justru akan memperberat masalah, suami akan mempunyai kesan istri lari dari tanggung jawab kewajiban sebagai isteri, membuat suami menjadi sakit hati sehingga menjadi ringan untuk menceraikannya serta menambah fitnah bagi diri sendiri dan suaminya. Apalagi jika isteri pergi meninggalkan rumah karena dimarahi suami yang menasehatinya sungguh sangat berdosa. 
    Menurut versi Quran setan selalu berusaha untuk membujuk dan mengajak manusia untuk berbuat sesuatu yang tidak diridhoi Allah dan rasulnya. Setan bernama dasim tugasnya membujuk seorang isteri agar tidak taat kepada suami dan mempengaruhi seorang isteri agar pergi meninggalkan rumah dengan berbagai alasan untuk membenarkan perbuatan diatas . Alasan sakit hati karena perbuatan / perkataan suami, yang kadang dijadikan alasan isteri untuk membenarkan tindakan meninggalkan rumah dan suami. Seringkali ada Pihak ketiga (PIL) yang kadang menjadikan seorang isteri semangat meninggalkan suami meskipun tidak semuanya demikian.


    Pada Intinya seorang isteri tidak boleh meninggalkan rumah tanpa izin suaminya, jadi meskipun dinasehati dan kurang diperhatikan suami saat isteri dalam keadaan sakit bukan berarti bisa melanggar aturan Firman Tuhan . Orang sakit kurang makan bukan berarti dia boleh mencuri makanan karena mencuri adalah dosa apapun alasannya. Begitu juga sakit yang diberikan oleh Tuhan kepada seorang isteri sebagai pemberi peringatan dari Tuhan bukan berarti seorang istri boleh menyakiti hati suami dengan pergi meninggalkan rumah dan meninggalkan suaminya.
    Istri yang pergi dari rumah, meninggalkan suami menginap di tempat lain dan meninggalkan suaminya dalam keadaan marah ,  karena jika seorang Isteri pergi meninggalkan rumah dan suaminya artinya :
    "Isteri tersebut bukan seorang wanita yang baik" 



    2. Pengaturan keuangan pasangan suami istri
    Tidak ada hukum tertulis mengenai hal ini. Namun yang dianjurkan adalah harta bersama antara suami istri, di mana keduanya dapat mengetahui jumlah tabungan, dan jika ada sejumlah dana yang dikeluarkan, harus atas persetujuan bersama. Jika karena satu dan lain hal keduanya memutuskan untuk mempunyai ‘rekening/ harta terpisah’ karena urusan kepemilikan perusahaan yang berbeda, sesungguhnya harus tetap diusahakan agar baik suami dan istri dapat mengetahui jumlah tabungan yang mereka miliki dan dana yang dikeluarkan salah satu pihak.


    Dengan pengaturan rekening bersama, maka tidak perlu dikuatirkan apakah suami memberi uang secara rutin kepada istri atau tidak karena secara otomatis uang sudah terkumpul untuk keperluan bersama.


     Bersalahkah Istri jika tidak terbuka dalam hal keuangan?
    Jika ada kemacetan komunikasi dalam perkawinan, maka sebenarnya terdapat kesalahan di kedua belah pihak, baik suami maupun istri. Namun harap dimengerti, dengan perannya sebagai kepala keluarga, maka para suami cenderung mengharapkan penghargaan dari istrinya. Maka, walaupun posisi istri dalam pekerjaan lebih ‘maju’ sekalipun, ia harus tetap tunduk kepada suaminya, demi membangun semangatnya dalam bekerja ataupun dalam memimpin keluarga anda. Tidak jarang, dengan penghargaan dari sang istri, maka suami dapat memperoleh kepercayaan dirinya dan memperoleh sukses dalam pekerjaannya dan dalam segi kehidupan lainnya.





    3. Bagaimana jika tidak mempunyai keturunan ?
    Sudahkah anda dan suami memeriksakan diri ke dokter spesialis, untuk mengetahui penyebabnya? Maksudnya jika ada penyakit yang dapat disembuhkan dapat dilakukan. Namun jika ternyata secara medis anda berdua tidak mungkin mempunyai anak, itu memang fakta yang tidak mudah. Namun, jika anda berdua memiliki komunikasi yang baik, dan berakar kokoh pada Tuhan, maka anda berdua akan dapat menyikapi realita ini dengan sikap yang positif. Walau anak adalah berkat Tuhan dalam perkawinan, namun tidak berarti bahwa pasangan yang tidak mempunyai anak tidak diberkati Tuhan.
    Adopsi memang merupakan suatu alternatif yang dapat dipikirkan, tetapi itu bukan satu- satunya jalan. Anda dapat membicarakannya dengan suami untuk menyepakati sesuatu, agar walaupun anda tidak mempunyai anak, namun itu tidak mengganggu hubungan kasih antara anda berdua.

     

    4.  Hubungan suami istri

    Hubungan suami istri adalah sesuatu yang agung dan sakral, karena mengikuti teladan hubungan kasih antara Kristus (Mempelai Pria) dan Gereja-Nya (mempelai wanita). Suami adalah kepala istri, dan harus mengasihi istrinya seperti mengasihi dirinya sendiri; dan istri harus taat kepada suami. Ini disebutkan dalam Efesus 5:22-33.

    Jika anda berpikir suami lupa/ tidak ada niat untuk membahagiakan istri, maka pertanyaan yang sama perlu anda tanyakan sendiri: 
    “Apakah aku sudah berusaha untuk membahagiakan suamiku?”

     Maka, jika istri merasa tidak dihargai oleh suaminya, yang harus dilihat pertama kali adalah, apakah ia juga sudah menghargai suaminya. Sebab seharusnya, jika itu dilakukan, maka suami akan menghargai istrinya juga. Ingatlah bahwa sakramen perkawinan telah mempersatukan suami dan istri, sehingga tidak benar untuk mencari perhatian dan kasih sayang dari pria lain yang bukan suami [atau perempuan lain yang bukan istri].


     

    5.  Jika istri seorang wanita karir

     Sebagai seorang istri butuh yang namanya aktualisasi diri, sehingga dunianya tidak menjadi sempit dan kuper (kurang pergaulan). Walaupun  pada kenyataann ya banyak istri-istri yang bekerja didasari atas aspek terpaksa karena harus menolong pendapatan suami yang tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga atau keadaan suami yang pengangguran. Dalam hal ini akan timbul kesenjangan ekonomi atau pendapatan antara istri dan suami. Yang kemudian berbuntut pada masalah prestige dan harga diri seseorang terlebih bila penghasilan istri jauh lebih banyak dari pada penghasilan suami. Suami akan merasa tidak berguna dan tercampakkan, apalagi bila ia memiliki istri yang arogan dan suka memandang enteng suaminya. Belum masalah-masalah lain yang bisa saja timbul seputaran cara berelasi seorang istri dalam lingkup pekerjaannya sebagai seorang wanita yang bersuami. Saya pernah sukses dalam pekerjaan dibidang sekuler dan saya pun pernah bekerja sebagai full timer/ karyawan suatu denominasi gereja, dan ternyata etika-etika didalam kita berelasi dengan lawan jenis tidak jauh berbeda. Karena pekerjaan adalah ibadah,dan jika kita menjadikan ladang pekerjaan kita sebagai ladang pelayanan kita juga untuk menuai jiwa-jwaa, maka kita akan menempatkan diri kita sebagai seorang imam yang selalu harus menjaga kekudusannya, karena kita sadar kita mengenakan jubah imam itu ke manapun kita pergi. Ini bukan hanya berbicara tentang seorang yang memang sudah melayani di gereja saja, tapi bagi kita semua. Sebab Firman Tuhan sendiri mengatakan "Tetapi kamu adalah bangsa yang terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari DIA, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNYA yang ajaib" ( 1 Petrus 2:9 )

     

    Cara seorang wanita karir menemui klien pria



    Pertemuan yang demikian sebaiknya diadakan di tempat publik, di mana ada banyak orang, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu.
    Carilah waktu yang wajar untuk bertemu, misalnya jika itu urusan kantor, maka bertemu pada jam- jam kantor yang wajar, jangan pergi di luar jam kantor pada malam hari atau pada hari Sabtu atau Minggu.
    Usahakanlah agar anda tidak menemui klien anda sendirian, jika memungkinkan ajaklah rekan sekerja anda yang terkait dengan urusan klien anda.
    Jika anda tidak melakukan hal ini (anda bertemu dengan klien pria berdua saja), pada waktu- waktu dan tempat yang tidak wajar, maka sesungguhnya dapat dimengerti jika suami anda berkeberatan. Bahkan tidak mustahil hal-hal yang tidak di inginkan terjadi, terlebih bila akhirnya timbul satu ketertarikan satu sama lain, di saat yang sama kondisi rumah tangga anda dalam keadaan konflik atau krisis perhatian satu sama lain. Bisa jadi karena faktor kelehan atau waktu pertemuan yang semakin jarang sehubungan dengan jadwal pekerjaan yang menumpuk. Ingat tidak ada jalan lain lain untuk menolak dosa, selain menutup setiap cela yang ada dan jangan pernah menfasilitasinya!




      6. Jika suami melarang anda sekolah lagi?


    Saya sangat beruntung dan bersyukur memiliki suami yang sangat mensuport sekali untuk saya mengembangkan diri dan membantu pengaktualisasi diri saya, tidak hanya lewat perfomance saja tapi juga lewat knowledge dan wawasan . Tapi banyak juga teman-teman saya yang merasa dirugikan sang suami dalam hal ini. 
    Sebenarnya yang perlu ditanyakan adalah apakah alasan di balik larangan itu. Sebab misalnya, jika dengan posisi anda sekarang saja, suami sudah merasa kurang dihargai, apalagi jika setelah anda selesai sekolah dengan gelar tambahan tertentu. 
    Anda akan lebih dapat memahami ini, jika anda membayangkan bahwa anda berada di posisi suami anda. Lagipula, umumnya sekolah S2 ataupun S3 menuntut energi yang tinggi, untuk mengerjakan tugas- tugas kuliah, sehingga mungkin suami melarang juga karena sayang pada anda, agar anda tidak jatuh sakit kelelahan.

    Belajar adalah sesuatu yang baik dan memang kita akan terus belajar sampai mati. Tetapi jangan sampai belajar itu menyita waktu sampai anda tidak ada waktu lagi untuk memperhatikan suami. Jangan juga terobsesi dengan belajar/ sekolah lagi sampai seolah kalau tak tercapai menjadi bosan hidup. Ada banyak hal yang dapat anda lakukan dalam hidup, tidak hanya belajar/ sekolah.  

    Belajarlah untuk mengasihi dengan tulus, baik kepada Tuhan dan sesama, terutama orang- orang terdekat anda (suami & anak-anak ), 
    dan anda akan memperoleh makna hidup.




     7. Jika terjebak rutinitas ....               

     Kejenuhan bisa menjadi faktor pemicu retaknya suatu rumah tangga, hubungan suami istri yang monoton, tanpa kreasi dan variasi sering kali menjadi pemicu kebosanan istri.
    Ini adalah sesuatu yang dapat anda bicarakan dengan suami secara terbuka. Harapannya adalah, setelah anda dapat berkomunikasi dengan baik maka hal- hal semacam ini dapat diatasi. Jika kedua belah pihak mau memahami apa yang disukai dan tidak disukai oleh pasangannya, maka tidak ada masalah untuk menentukan jenis rekreasi bersama, dan semoga dapat menikmati kebersamaan. 



    Anda perlu mengambil waktu pergi hanya berdua saja tanpa disertai oleh anak-anak, dan sepanjang masa kebersamaan jauhilah pembicaran tentang anak-anak dan konflik-konflik yang sedang terjadi dalam rumah tanga maupun pekerjaan anda. Jadikan ini sebagai suatu moment yang indah dan berkesan seperti saat anda pacaran dulu. Tidak perlu ke tempat-tempat yang jauh, cukup dengan Dinner berdua di tempat yang romantis atau menonton bersama, olahraga bersama di pagi/sore hari atau saat hari libur. 


    Saya dan suami selalu menyediakan waktu untuk mewujudkan saat-saat dimana dunia hanya milik kita berdua tanpa dibebani oleh berbagai hal, seperti kencan-kencan berdua dan keluar kota berdua saat suami dinas untuk berbulan madu kembali. Saya bersyukur ini semua dapat terwujud setelah saya belajar tunduk pada suami untuk resign dari tempat kerja saya. Sehingga kami bisa pacaran forever...hehehe....Tapi kalaupun terhalang ruang dan waktu, anda bisa ambil waktu untuk weekend berdua saja di hotel yang terdekat dengan rumah anda. Kalaupun terhalang oleh biaya, anda dapat memintah orang tua atau sanak family untuk membantu menjaga anak-anak, sehingga rumah dapat menjadi tempat bulan madu anda kembali. 



    Tidak harus semua waktu di isi dengan aktifitas seksual, kalau di dunia barat para pasangan suami istri terbiasa menciptakan momen-momen romantis dengan berdansa berdua. Kalau kita tidak terbiasa dengan itu kita dapat menonton home theater bersama atau karaoke/bernyanyi bersama, mungkin juga sambil memainkan alat-alat musik yang ada bersama-sama, dsb.



    8.Jika suami hanya sayang ortu sendiri
    Yang pertama-tama kita pahami dalam konsep berkeluarga bahwa tidak ada lagi istilah orang tuamu dan orang tuaku, sebab apa yang menjadi milik masing-masing dilebur menjadi satu sebagai milik bersama termasuk orang tua dan sanak famili.


     
    Sehingga dalam percakapan sehari-hari hilangkan sebutan yang mengklasifikasi sebagai milikmu dan milikku.Seperti saat menyebut sebutan ibu untuk ibu mertuan saat bercerita pada pasangn, tidak perlu menambahkan kata "mu" dibelakangnya, seperti "Ibu-mu tadi tilpon", cukup "Ibu tadi tilpon", dan biarkan suami yang akan bertanya "Ibu yang mana?" (Jika dua-duanya panggilannya sama dalan keluarga masing-masing), dn silakan anda menjawab pertanyaan suami juga tanpa akhiran "mu". 
    Daripada menjawab dengan "Ibumu", lebih baik sebutkan nama tempat tinggal nya saja, seperti "Ibu Bandung", dsb. Kalaupun tempat tinggalnya sama, carila satu hal yang dapat membedakan keduanya. Hal yang sama berlaku saat ana memintakan perhatiaan untuk orang tua anda dalam bentuk apapun, sebutkan kata "mu" untuk menyatakan orang tua anda, sehingga suami pun merasa itu adalah orang tuanya, dan sebutkan kata "ku" untuk menyatakan orang tuanya, sehingga suami pun dapat merasakan bahwa anda mengasihi orang tuanya.

     

     

    9. Jika suami lebih mudah bicara di luar rumah daripada di dalam rumah.....

    Ini juga perlu menjadi bahan anda memeriksa diri sendiri, kiranya, apakah sebabnya? Apakah di luar rumah suami merasa lebih diterima dan lebih diakui keberadaannya daripada di rumah? Apakah di rumah ia merasa sering dipersalahkan/ dituduh? Jika ya, mengapa? Jika tidak, mengapa ia tetap merasa dituduh?
    Jika komunikasi dengan berbicara sudah sulit, mungkin ada baiknya anda menulis surat kepada suami. Sampaikan perasaan anda dengan menuliskannya pada secarik kertas/ buku. Fokusnya jangan memarahi, tetapi hanya menyampaikan perasaan anda, terutama jika anda merasa kesepian dan sedih. Sebelum menuliskannya, berdoalah terlebih dahulu, semoga Tuhan membimbing anda untuk mulai mengusahakan komunikasi yang baik dengan suami anda.

     

     Bagaimana supaya perkawinan harmonis?

    Supaya perkawinan harmonis, diperlukan komunikasi yang baik antara suami dan istri. Jangan pula dilupakan, yang terpenting juga adalah komunikasi suami dan istri dengan Tuhan, sehingga penting diadakan doa bersama suami dan istri, baik jika dapat dilakukan setiap hari, dan juga pergi ke gereja bersama- sama pada hari Minggu. 
    Jika hal ini dilakukan diharapkan komunikasi yang terjadi melibatkan juga komunikasi batin, sehingga apa yang menjadi pergumulan dan keinginan istri dapat dipahami oleh suami dan demikian juga sebaliknya. 

    Komunikasi yang baik dengan Tuhan akan membangun Komunikasi yang manis pula antar suami istri. Dengan penuh kelembutan dan rasa saling menghormati serta saling pengertian satu sama lain, maka hubungan suami istri dihidupkan kembali, dalam dinamika yang ceria dan rilex, 
    sehingga tidak tercipta sebuah kebosanan.



    Jika sekarang hubungan sudah terlanjur hambar, datanglah kepada Tuhan, untuk memohon pertolongan-Nya. Tuhan Yesus yang sudah mempersatukan anda, akan mampu membantu anda untuk mengusahakan kasih untuk kembali hadir dalam perkawinan anda.



    Hal-hal yang Harus Diketahui Setiap Istri


    Tanggung jawab utama suami dalam keluarga Kristen adalah mengasihi istrinya. Ini dinyatakan beberapa kali dalam Alkitab. Dalam satu bagian Alkitab, istri diperintahkan untuk mengasihi suaminya ( Titus 1:4 ) .Walau acuan ini menunjukan bahwa mereka diharapkan menciptakan suasana kasih dalam rumah, tanggung jawab utama mereka dinyatakan dalam ayat berikut, dimana mereka dinasihati untuk taat pada suami mereka ( Titus 2:5 KJV ).Ketaatan meliputi tunduk dan subordination. Kata yang digunakan untuk tanggung jawab istri tidak kurang dari 6 kali dalam PB ( Ephesians 5:22, 24; Colossians 3:18, Titus 2:5, 1 Peter 3:1, 5 ).


    Kita telah membahas kepemimpinan dan urutan otoritas dari Tuhan dalam rumah, tapi sekarang kita ini mengaplikasikan itu pada istri, karena taat merupakan tugas utamanya. “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan.”Ephesians 5:22, TLB ).  Para wanita, ketaatan pada suami merupakan ketaatan pada Tuhan, karena Tuhan memerintahkan anda melakukan itu! Jika anda tidak bisa menemukan itu untuk taat pada suami, lakukan untuk Tuhan. Tuhan mengasihi anda dengan kasih yang sempurna. Responi kasihNya dengan tunduk pada suamimu.


    *“Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.” ( Ephesians 5:24, TLB).  
    Ketiga kata “dalam segala sesuatu” bukankah terlalu luas? Ketaatan tidak hanya dipraktekan saat anda ingin melakukan itu, atau saat anda dengan sepenuh hati setuju dengan suami anda, atau saat dia memperlakukan anda dengan kasih Kristus, tapi dalam segala sesuatu! Alkitab tidak membatasi ketaatanmu atas kasihnya, demikian juga dengan ketaatanmu.  
    Anda harus bertanggung jawab pada Tuhan atas tindakan anda, dan tidak ada alasan untuk ketidaktaatan atas FirmanNya yang diterima.




    “Tapi suami saya tidak pernah mempertimbangkan perasaan saya. 
    Saya harus mempertahankan hak saya.” 

    Bukankah itu sama saja mempertengkarkan Firman dan hikmat Tuhan yang Maha Tahu? Apakah anda berpikir Dia tidak tahu tentang keadaanmu saat Dia menulis FirmanNya? Dia berkata bahwa anda harus tunduk pada suami dalam segala hal. Dia pasti tahu ini yang terbaik bagi anda, atau Dia tidak pernah meminta anda melakukannya. Serahkan diri anda kepadaNya; katakan padaNya bahwa anda ingin menjadi pasangan yang taat. Ketaatan pada perintahnya sangat memuliakan Tuhan.



     “Tapi suami saya seperti ubur-ubur. 
    Bagaimana saya bisa tunduk dan bergantung padanya?”  
    Coba! Coba tunduk padanya seperti pada Tuhan dalam segala hal. Taat pada Firman dan percayakan akibatnya pada Tuhan! Hormati penilaian suami anda saat dia harus membuat keputusan. Nyatakan kepercayaan pada kemampuannya daripada melangkahinya, mengejek dan merendahkannya atau membandingkan dia dengan pria lain.  
    Katakan padanya bahwa anda pikir dia yang terbaik, dan anda bersyukur pada Tuhan untuk memberikan dia dalam memimpin. Lihatlah Tuhan menggunakan prilaku anda itu untuk membuat dia jadi pria, pria yang sesuai kehendak Tuhan.


    Seperti yang sudah Tuhan rencanakan bahwa kasih suami untuk memenuhi kebutuhan istri, juga dia merencanakan ketaatan istri untuk memenuhi kebutuhan suami. Walau nature seorang wanita adalah bergantung, seorang pria merasakan dorongan untuk memimpin. Tidak masalah apa yang dia katakan atau lakukan, dia marah terhadap setiap taktik yang digunakan istri untuk mendominasi atau memanipulasinya. Lebih jauh, seorang pemimpin harus memiliki respek dan diakui, dan itulah maksud Tuhan untuk disediakan oleh istri. “isteri hendaklah menghormati suaminya.”  ( Ephesians 5:33, TLB ). 

    Tuhan membuat suami untuk memimpin; istri harus membiarkan dia memimpin, memperlakukannya seperti seorang pemimpin diperlakukan.



    Mencari penghasilan bukan hal mudah dalam dunia kita yang penuh persaingan. Suami harus menghadapi frustrasi, putus asa, dan kemunduran. Sebagian orang mengambil keuntungan darinya, menipunya, dan memperlakukan dia dengan tidak adil. Orang lain mengkritiknya atau mencelanya.  
     Dia perlu seseorang untuk menguatkan dia, menghargai dia, percaya padanya, dan menghormatinya—dan itulah alasan Tuhan memberikan dia istri!  
    Dia mampu menanggung lebih banyak kesulitan dalam dunia kerja jika dia tahu ada seorang istri dirumah yang mengagumi dia, percaya, dan mendukungnya, apapun yang terjadi. Jika dia mendapat perlakuan yang sama dirumah seperti ditempat kerja, dia cenderung untuk melarikan diri dan membawa ketidak bahagiaan. 
    Tapi pemikiran adanya pasangan yang mengaguminya akan menguatkan dia akan mendekatkan dia kerumah seperti magnet.




    Beberapa mungkin berpikir, “Masalah ketaatan ini bisa terjadi jika suami anda seorang Kristen, tapi saya tidak.” Pesan utama Alkitab tentang pembahasan ini ada dalam 1 Peter Ini ditulis untuk semua istri, tapi ada perintah khusus bagi mereka dengan suami yang belum selamat: “Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya.” ( 1 Peter 3:1, KJV).  
    Pemunculan kedua dari kata dalam ayat ini tidak memiliki sesuatu mendahuluinya dalam teks Yunani. Itu tidak menunjuk pada Firman Tuhan, seperti yang pertama, tapi setiap perkataan, seperti omelan! 
    Ini merupakan penyingkapan yang luar biasa. Tuhan berkata bahwa ketaatan istri merupakan kunci memenangkan suami yang belum percaya kepada Kristus. Dia tidak harus terus menyuruh kegereja. Dia tidak berkotbah pada suaminya. Dia tidak membacakan Alkitab padanya. Dia hanya diminta untuk tunduk pada suaminya—dengan sukarela, sukacita, dan penuh kasih.  
    Tuhan menggunakan prilakunya, untuk memenangkan suaminya.

    Suatu kali saya memperhatikan satu orang murid saya menghilang untuk beberapa minggu kemudian dalam kelas pemuridan saya. Melalui bertanya, saya mengetahui bahwa suaminya kesal dengan aktifitas Kristennya yang terlalu banyak, yang sebenarnya ingin dia ada dirumah dan melakukan tugas rumah tangganya. Setelah mendengar apa yang diajarkan Alkitab tentang hal ini, dia memutuskan untuk tunduk padanya walau mengorbankan aktifitas kerohaniannya yang disukainya. 
    Tidak lama kemudian suaminya yang tidak terlalu tertarik tentang Tuhan, percaya Kristus sebagai Juruselamatnya dan mulai pergi gereja dengan istrinya untuk mendengar Firman Tuhan. Suaminya juga mengijinkannya kembali kekelas Alkitab. Akibat dari tunduk kepada kehendak Tuhan selalu menguntungkan kita!
    ( Acts 5:29, TLB.)

    *Pemikiran yang sama dengan surat Paulus pada jemaat Kolose. 
    “Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.” ( Colossians 3:18 KJV ).   
    Maksud dasar disini adalah istri harus tunduk pada suami karena inilah yang seharusnya bagi wanita yang mengenal Tuhan. Tapi kata itu juga bisa berarti bahwa ketaatan hanya pada wilayah yang dikehendaki Tuhan. Jika ketaatan pada suami merupakan ketaatan pada Tuhan seperti dinyatakan Ephesians 5:22, maka itu diatur oleh otoritas Firman Tuhan. Sebagai contoh, jika seorang suami meminta istri Kristennya untuk ikut serta dalam pesta yang tidak baik, dia harus menolak, karena aktifitas ini jelas berlawanan dengan kehendak Tuhan. 
    Ketaatan terhadap hal yang tidak terhormat akan menyebabkan suami yang belum selamat memandang rendah istrinya yang Kristen, dan menjauhkan dia dari Kristus.
    ( James 1:5.)


    *Dilihat dari Firman Tuhan,....
    Ketaatan bukan perbudakan yang harus dilakukan istri....!!!
    Itu bukan kehilangan kepribadian dan individualitas. Ketaatan sejati merupakan suatu kreatifitas dan tantangan seorang wanita dalam menyenangkan suaminya bahwa dia menghormati, mengaggumi, dan bergantung padanya. 
    Itu membutuhkan kematian semua kesombongan dan penghancuran semua motivasi yang egois.  Itu berarti bahwa istri menjadi lebih tertarik terhadap kebutuhan suami daripada dirinya. Itu berarti dia berhenti bertanya, “berapa jauh saya bisa tunduk pada suami.” Sebaliknya mulai bertanya, “berapa jauh saya bisa terus tanpa tidak mentaati Tuhanku?” Ini mungkin membutuhkan perubahan total prilaku istri terhadap suaminya, tapi Tuhan akan menolongnya jika dia memintaNya. 
    Berdoalah :“Tuhan, berikan aku keinginan sederhana dan tidak egois untuk dipimpin suami saya saat saya dipimpin oleh Mu, dan kemudian membawa kemuliaan bagi namaMu.”




    *Sekarang lihat beberapa hal yang Tuhan ingin setiap istri Kristen tahu, apakah suaminya seorang percaya atau tidak. 
    “Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.” ( 1 Peter 3:3, 4, TLB).  
    Dari kata Yunani diterjemahkan “keindahan diluar” kita mendapat kata “cosmetic,” menandakan suatu yang indah. Firman Tuhan mengatakan wanita Kristen bagaiamana jadi cantik. Jika mereka mengikuti nasihat ini, mereka akan menyelamatkan diri dari biaya besar! Petrus berkata bahwa kecantikan tidak hanya dari luar, seperti gaya rambut, perhiasan, dan baju, tapi dari hati.  
    Dia tidak mengatakan bahwa seorang wanita Kristen harus kotor atau tidak memperhatikan penampilan, tapi menyatakan bahwa keindahan sejati adalah sesuatu yang lebih dalam dari kulit atau perawatan kulit!



    Para wanita perlu memperlajari hal ini. Sebagian mungkin berpikir Tuhan memberikan suami untuk membelikan mereka semua yang hati mereka inginkan. Mereka mendorong suami mereka untuk menghasilkan lebih banyak uang agar mereka bisa membeli pakaian dan perhiasan dan merapikan rambut mereka lebih sering, dan mengaggumkan orang dengan kecantikan dan status social mereka!  
    Mereka menggunakan suami mereka untuk memuaskan kesombongan dan keinginan akan materi. Seorang wanita seperti ini biasanya menghancurkan suaminya atau membawa suami pada orang lain yang mengasihi dirinya sebagaimana adanya.





    *Sesuatu yang tidak pernah usang adalah “…roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.”
    Lemah lembut” artinya penuh kasih, pengertian, mau menyerahkan hak pribadi. “tentram” berarti tenang, damai, tidak terganggu. Suatu roh yang lemah lembut dan tentram merupakan suatu yang berharga dimata Tuhan, suatu nilai yang tinggi. 
    Tapi jika  percakapan saya dengan para suami Kristen menunjukan daya tarik ini tidak ada diantara wanita pada umumnya—bahkan wanita Kristen.

    Keluhan beberapa suami dalam konseling yang saya tangani : "Saya  sering mendapatkan omelan, keluhan, komplain, dan kemuraman". 
    Jelas ini semua bukanlah daya tarik seorang wanita Kristen! 



     “Tapi” protes beberapa orang istri , “ mereka mengatakan bahwa  fisik kita yang menyebabkan kita secara emosi lemah dan murung.” 
    Benar, tapi semua kemurungan bisa dihasilkan kimia. 
    Sebenarnya, itu berasal dari penolakan dalam hidup seseorang untuk turun tahta dan membiarkan Yesus yang mengatur. Penolakan seperti ini adalah dosa. 

    Pemarah merupakan keluhan yang paling sering diantara suami dan istri, dan biasanya dari gangguan kesenangan, kenyamanan salah satu pasangan terhadap lainnya.  
    Pemarah merupakan nature dosa untuk memaksakan cara sendiri. 
    Natur dosa perlu diturunkan dan dikalahkan!




    Tapi fakta ini tidak memberikan suami hak untuk tidak kasih atau tidak baik pada istrinya saat berada dalam mood yang buruk. Dia tetap memerlukan kata-kata simpati dan pengertian daripada kemarahan seperti “berhenti berkelakuan kekanak-kanakan.” 
    Tapi istri juga tidak bisa menyalahkan sifat buruknya pada suami. Dia harus menerima tanggung jawab itu secara pribadi dihadapan Tuhan. 
    Dia harus menyebut itu sebagaimana seharusnya—dosa. 
    Kemudian dia harus mengakui itu pada Tuhan dan meminta kuasa dan anugrah untuk mengatasinya. Tuhan Yesus Kristus akan menghasilkan didalam dirinya kasih karuniaNya dan kebaikan.




    Harus diakui hidup seorang wanita bisa sulit......
    Beban mengurus rumah dan mengurus anak bisa menjadi rutinitas yang monoton....Membuatnya lelah scara fisik dan psikis.
    Dia terus melakukannya, tapi tidak merasa berkontribusi sesuatu yang penting bagi hidup. 
    Pengurungan terus menerus dalam tembok dan celoteh anak kecil bisa mengganggunya. Tapi jika dia mengijinkan prilaku itu berkepanjangan, akan membawa kemurungan atas rumah tangga, dan setiap orang akan menderita.  

    Ingatlah:Suasana gembira dalam rumah sangat bergantung pada istri!
    Jika dia menerima tanggung jawabnya untuk menciptakan suasana yang baik dan menyerahkan dirinya pada Roh yang ada dalam diri, Dia akan menghasilkan dari dirinya BuahNya; hidup akan menjadi tantangan yang menarik daripada pekerjaan yang mengesalkan. 
    Kadang wanita terlibat dengan begitu banyak kegiatan luar sehingga mereka kehilangan prioritas Alkitabnya. Tanggung jawab utama mereka adalah membuat suami dan rumah mereka bahagia.



     Dan ini perlu pemikiran serius, perencanaan yang seksama, dan perhatian yagn tidak egois. Hasilnya akan berkelimpahan, dan kepuasan pribadi akan sesuai dengan usaha ( Proverbs 18:22, TLB)

     Namun demikian........
    Perkataan peringatan harus diberikan kepada para suami.......!!!
    Sangat mudah bicara tentang kesalahan pasangan kita daripada mencari kasih karunia Tuhan untuk memperbaik kekurangan kita......
    Blog ini tidak ditulis supaya para suami dapat menyalahkan istri mereka....!!!
    Ini ditulis agar Roh Kudus bisa mencerahkan istri Kristen tentang tugas mereka. 


    Marilah setiap kita menguji hidup kita sendiri dalam terang Firman; Roh Kudus akan melakukan karyaNya dalam pasangan anda dengan caraNya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar